I.
TURUNAN/DIFERENSIAL
Mis: y=f(x)
Turunan 1 dari
f(x) diberi rotasi
atau
atau
atau 




(i) Rumus-Rumus
-
Jika : y=
=an
-
Jika : y=k
Ke bilangan real
-
Jika : y=
=
-
Jika : y=
=
.ma
-
Jika : y=lnx y’=
-
Jika : y=
=
- Jika : y=
=
-
Jika : y=
=
-
Jika : y=
=
- Jika : y=
=
-
Jika : y=
=
- Jika : y=f(x)
y’=f(x)
.
+ inf(x). 



Aturan
Rantai






Sifat-Sifat
- Jika : y=


- Jika : y=


- Jika : y

- Jika :
y=f(u) dan u.


Contoh
:
9.
( 3
)



Mis:
3










INTEGRAL
Intergral sebagai anti differensial.
Jika : y= f(x)



Maka : 

Contoh :
1.
f(x) =
= 2x 





2.
f(x) = sin x
= cosx 




I.
Integral Tak Tentu





















Maka : :
+c

II.
Sifat-Sifat
(i) 

(ii) 

III.
Rumus-Rumus Dasar
1.
dx
=
+c



2.
dx = In 1


3.
dx
=
+c


4.
dx
=




5. 

6. 

7. 

8. 

9. 

10. 

11.
dx = arc 


12.
dx = arc 


13.
dx = arc


14. 

15. 

INTEGRAL
DENGAN SUBSTITUSI


Contoh
:
1. 

Solusi
:
Mis
: u= x+2


Maka
:
du


=
+c


= 

2.
x dx =…

Solusi
:
Mis
: u =
x



2du=
dx
Maka
:
x dx = 


2

2 sin u + c
2 sin
x + c

INTEGRAL
PARSIAL
Dalam pengerjaan integral,
kadang-kadang tidak mendapatkan penyelesaian atau jawaban karna terjadi proses
yang berulang-ulang atau semangkin rumit. Sehingga digunakan rumus lain yang
lebih mudah yaitu integral parsial.
Rumus:


Contoh
:
1.
dx=

Cara1:
Mis: u=x
du=dx
Cara2:









= 

=

Dengan integral parsial



= x
-
dx


= x
-



Mis :
u = x
du= dx
dv = 


v =

INTEGRAL FUNGSI PECAH
RASIONAL
Pn(x)
=
+
+
+
+









dengan
0 dinamakan polynomial (fungsi suku banyak)
berderajat n.


Fungsi
konstan
dapat dipandang sebagai polynomial berderajat
nol.

Fungsi
pecah rasioanl adalah fungsi berbentuk
dengan N(x) dan D(x) polynomial-polinomial.
Uraian mengenai integral fungsi pecah rasional dapat diperinci untuk beberapa
kasus sebagai berikut:

1. Keadaan
N(x) = 

Jika N(x) =
maka berdasarkan rumus diperoleh :


2. Keadaan
derajat N(x)
derajat D(x) lakukan pembagian N(x) oleh D(x)
sehingga diperoleh :



Contoh
:
·
dx =
dx =



·
dx =
-
6x + 4 +
dx



kepada
pembaca dipersilahkan untuk melanjutkan penyelesaian kedua contoh tersebut
dengan demikian yang perlu dipelajari lebih lanjut adalah keadaan dimana
derajat N(x) < derajat D(x) dan N(x)
.


3. Keadaan
derajat N(x) < derajat D(x)
Pada pembahasan ini N(x)
tanpa mengurangi pembicaraan, diambil
koefisien suku pangkat tertinggi dari x dalam D(x) adalah 1 (satu). Untuk
menghitung
dx terlebih dahulu integral dipisah menjadi pecahan-pecahan
parsialnya.



Contoh :



Jadi
:


=
dx

=
lnlx-1l-10lnlx+2l+15lnlx+3l+c
Karena sebelum melakukan pengintegralan
terlebih dahulu diadakan pemisalan
menjadi pecahan-pecahan parsialnya, maka
sebelumnya perlu dipelajari cara memisah
menjadi pecahan-pecahan parsialnya tersebut.


·
Memisah pecahan menjadi
pecahan parsial dalam pembicaraan ini tetap diasumsikan :
1. Derajat
N(x) < derajat D(x)
2. Koefisien
suku pangkat tertinggi dari x dalam D(x) adalah 1.
3. N(x)
dan D(x) tidak lagi mempunyai factor persekutuan.
Menurut factor D(x) dalam memisahkan
menjadi pecahan-pecahan parsialnya dapat
dibedakan menjadi 4 keadaan yaitu :

a.
Semua factor D(x)
linear dan berlainan.
b.
Semua factor D(x)
linear tetapi ada yang sama(berulang).
c.
D(x) mempunyai factor
kuadrat dan semua factor kuadratnya berlainan.
d.
D(x) mempunyai factor
kuadrat yang sama.


=
dx

=
dx

=
dx

= 

= 

=
+ c

=

INTEGRAL
TERTENTU
Untuk
: f(x) dan g(x) yang kontiniu pada interval a

Maka
:
= f(b) – f(a)

Sifat-Sifat
Dasar
1. 

2. 

3. 

4. 

Contoh
:
1. 

= 2 - 

2. 

= 

3. 

= -cos 

= -(-1) – (-1)
= +1+1
=2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar